Malam telah larut dan jam telah
menunjukan pukul 9 malam. Sedari siang tadi kakakku bersama suaminya
menghadiri pertemuan sebuah Network Marketing dan diteruskan dengan
pertemuan khusus para leaders.
Untuk menghilangkan suntuk, aku
connect ke internet dan berbagai macam situs aku buka, seperti biasa
pasti terdapat banyak situs porno yang asal nyrobot. Biasanya aku
langsung close karena aku enggak enak dengan kakakku, tetapi malam ini
mereka tidak ada dirumah, hanya bersama dengan seorang baby siters
keponakanku, namanya Imah baru berumur 18 Tahun dan berasal dari
Wonosobo. Memang agak kolotan dan dusun sekali, tetapi kalau aku
perhatikan lagi Imah memiliki body yang lumayan bagus dengan wajah yang
tidak terlalu jelek.
Kami biasa mengobrolkan acara
tivi atau terkadang Im-im (panggilan Imah sehari-hari) aku ajari
internet meskipun hasilnya sangat buruk. Entah kenapa malam ini
keinginanku untuk melihat situs porno sangat besar dan libidoku naik
saat aku lihat foto-foto telanjang di internet, tanpa aku sadari Im-im
keluar dari kamar dan berjalan ke arahku entah sudah berapa lama dia
berdiri disampingku ikut memperhatikan foto-foto telanjang yang ada di
monitor komputer.
"Apa enggak malu ya..?" tanya
Im-im yang membuatku kaget dan segera aku ganti situsnya dengan yang
"normal". Dengan berusaha tenang, aku minta Imah mengulangi
pertanyaannya.
"Itu lho tadi, gambar cewek telanjang yang Mas buat, emangnya nggak malu kalau dilihat orang?"
Memang Imah sangat lugu dan ndusun kalau soal beginian. Dengan santai aku jawab sembari menyuruhnya duduk disebelahku.
"Begini Im, ini foto bukan aku
yang buat, orang yang buat ini (sambil aku perlihatkan lagi situs yang
memuat foto telanjang tadi), merekakan model yang dibayar jadi ngapain
malu kalau dapat duit."
Kemudian Im-im melihat lebih
seksama satu per satu foto telanjang itu dengan posisi badan agak
membungkuk sehingga terlihat jelas bulatan kenyal panyudaranya, sudah
sejak lama aku menikmati pemandangan ini dan aku sangat terobsesi untuk
tidur dengan Im-im. Aku tersentak kaget saat Imah bertanya soal foto
dimana seorang cowok sedang menjilati vagina cewek.
"Apa nggak geli ceweknya dijilati kayak gitu terus lagian mau-maunya cowok itu jilatin punya ceweknya padahalkan tempat pipis?".
Dengan otak yang sudah kotor aku mulai berfikir bagaimana aku memanfaatkan kesempatan ini dengan baik.
"Gini Im, vaginanya cewek kalau
dijilatin oleh cowok malah enak, memang awalnya geli tapi lama-lama
ketagihan ceweknya. Kamu belum pernah coba kan?" tanyaku pada Im-im
sambil tanganku membuka foto-foto yang lebih hot lagi.
"Belum
pernah sama sekali, tapi kalau ciuman bibir dan susuku diremes sudah
pernah, aku takut kalau nanti hamil". (memang Im-im sangat terbuka
tentang pacarnya yang di Bogor dan pernah suatu hari cerita kalau
pacarnya ngajak tidur di hotel tapi Im-im nggak mau).
"Kalau
Cuma kayak gitu nggak bakal bikin hamil, gemana kalau kamu coba, nanti
kalau kamu hamil aku mau tanggungjawab dan nggak perlu bingung soal
uang, terus kalau ternyata kamu nggak hamil, kamu nanti aku ajari
gaya-gaya yang ada difoto ini. Gimana?"
Dan Im-im cuma diam sambil
lihatin wajahku, sebenarnya aku tahu dia naksir aku sudah lama tapi
karena posisi dia hanya babysiters yang membuatnya nggak PD.
"Benar ya.., janji lho?" pintanya dengan sedikit ragu.
Dan dengan wajah penuh semangat
aku bersumpah untuk menepati janjiku, meskipun aku enggak ada niat
untuk menepati janjiku. Aku putuskan sambungan internet dan mulai
"melatih" Im-im dengan diawali teknik berciuman yang sudah pernah dia
rasakan dengan pacarnya, sentuhan halus bibirnya yang lembut membuatku
membalas dengan ganas hingga tanpa terasa tanganku telah meremas
payudara Imah yang memang masih kencang. Desahan halus mulai muncul
saat bibirku menelusuri lehernya yang agak berbulu seolah Im-im
menikmati semua pelatihan yang aku berikan.
Aku merasa cumbuan ini kurang
nyaman, aku dan Imah pindah ke dalam kamar Im-im, perlahan aku rebahkan
tubuhnya dan bibirku bergantian menjelajah bibir dan lehernya sedangkan
tanganku berusaha membuka kaos dan BH-nya dan kini separoh tubuh Imah
telah bugil membuat libidoku tidak karuan. Tanpa ada keluhan apapun
Imah terus mendesah nikmat dan tangannya membimbing tangan kiriku
meremas teteknya yang bulat sedangkan payudara kanannya aku lumat
dengan bibirku hingga terdengar jeritan kecil Im-im. Entah berapa lama
aku mencumbu bagian atas tubuhnya dan sebenarnya keinginanku untuk
bercinta sudah sangat besar tetapi aku tahu ini bukan saat yang tepat.
Perlahan aku turunkan celana
pendek dan celana dalamnya bersama hingga Imah sepenuhnya bugil dan ini
yang membuat dia malu. Untuk membuat Imah tidak merasa canggung aku
mencumbunya lebih ganas lagi sehingga kini Imah mendesah lebih keras
lagi dan tangan kanannya meremas kaosku untuk menyalurkan gairahnya
yang mulai memuncak. Bibirku kini mulai menjalar kebawah menuju
vaginanya yang tertutup kumpulan bulu hitam, perlahan aku angkat kedua
pahanya hingga posisi selakangannya terlihat jelas. Samar-samar
terlihat lipatan berwarna merah di vaginanya dan aku tahu baru aku yang
melihat surga dunia milik Im-im.
Kini bibirku mulai menjilati
vaginanya yang mulai banjir dengan halus agar Im-im tidak merasa geli
dan ternyata rencanaku berjalan lancar, desahan yang tadi menghiasi
cumbuanku dengan Imah kini mulai diselingi lenguhan dan jeritan kecil
yang menandakan kenikmatan luar biasa yang sedang dirasakan babysiters
keponakanku. Semakin lama semakin banyak lendir yang keluar dari
kemaluannya yang membuatku lebih bergairah lagi, tiba-tiba seluruh
tubuh Imah kejang dan suara lenguhannya menjadi gagap sedangkan kedua
tangannya meremas kuat kasurnya. Dengan diiringi lenguhan panjang Imah
mencapai klimak, tubuhnya bergerak tidak beraturan dan aku lihat
sepasang teteknya mengeras sehingga membuatku ingin meremasnya dengan
kuat. Setelah kenikmatannya perlahan turun seiring tenaganya yang habis
terkuras membuat tubuhnya yang bugil menjadi lunglai, dengan
kepasrahannya aku menjadi sangat ingin segera menembus vaginanya dengan
penisku yang sedari tadi sudah tegang.
"Imah merasa sangat aneh, bingung aku jelasin rasanya" katanya dengan perlahan.
"Belum
pernah aku merasakan hal ini sebelumnya, aku takut kalau terjadi
apa-apa," sambil memelukku erat. Sambil kukecup keningnya, aku jawab
kekhawatiranya.
"Ini yang
disebut kenikmatan surga dunia dan kamu baru merasakan sebagian. Imah
nggak perlu takut atau khawatir soal ini, kan aku mau tanggungjawab
kalau kamu hamil," sambil kubalas pelukannya.
Sekilas aku lupa libidoku dan
berganti dengan perasaan ingin melindungi seorang cewek, kemudian tanpa
disengaja tangan Im-im menyentuh penisku sehingga membuat penisku
kembali menegang. Wajah Imah tersipu malu saat aku lihat wajahnya yang
memerah, kucium bibirnya dan tanpa menunggu komandoku Im-im membalasnya
dengan lebih panas lagi dan kini Imah terlihat lebih PD dalam
mengimbangi cumbuanku. Teteknya aku remas dengan keras sehingga Im-im
mengerang kecil. Kini bajuku dibuka oleh sepasang tangan yang sedari
tadi hanya mampu meremas keras kasur yang kini sudah acak-acakan
spreinya dan aku imbangi dengan melepas celana pendekku dan segera
terlihat penis yang sudah tegang karena aku terbiasa tidak memakai CD
saat dirumah. Melihat pemandangan itu, Imah malu dan menjadi sangat
kikuk saat tangannya aku bimbing memegang penisku dan setelah terbiasa
dengan pemandangan ini aku membuat gaya 69 dengan Imah berada diatas
yang membuatnya lebih leluasa menelusuri penisku.
Setelah beberapa lama aku bujuk
untuk mengulumnya, akhirnya Im-im mau melakukan dan menjadi sangat
menikmati, sedangkan aku terus menghujani vaginanya dengan jilatan
lidahku yang memburunya dengan ganas. Karena tidak kuat menahan rasa
nikmat yang menyerang seluruh tubuhnya, Im-im tak mampu meneruskan
kulumannya dan lebih memilih menikmati jilatan lidahku di vaginanya dan
aku tahu Imah menginginkan kenikmatan yang lebih lagi sehingga tubuh
bugilnya aku rebahkan sedangkan kini tubuhku menindihnya sembari aku
teruskan bibirku menjelajahi bibirnya yang memerah.
Perlahan tanganku menuntun
tangan kanan Im-im untuk memegang penisku hingga berada tepat di depan
mulut vaginanya, aku gosok-gosok penisku di lipatan vaginanya dan
mengakibatkan sensasi yang menyenangkan, erat sekali tangannya
memelukku sambil telus mengerang nikmat tanpa memperdulikan lagi
suaranya yang mulai parau. Vaginanya semakin basah dan perlahan penisku
yang tidak terlalu besar mendesak masuk ke dalam vaginanya dan usahaku
tidak begitu berhasil karena hanya bisa memasukkan kepala penisku.
Perlahan aku mencoba lagi dan dengan inisiatif Im-im yang mengangkat
kedua kakinya hingga selakangannya lebih terbuka lebar yang membuatku
lebih leluasa menerobos masuk vaginanya dan ternyata usahaku tidak
sia-sia. Dengan sedikit menjerit Imah mengeluh,
"Aduh.., sakit. Pelan-pelan
dong" dengan terbata-bata dan lemah kata-kata yang keluar dari
mulutnya. Saat seluruh penisku telah masuk semua, aku diam sejenak
untuk merasakan hangatnya lubang vaginanya.
Perlahan aku gerakkan penisku
keluar-masuk liang vaginanya hingga menjadi lebih lancar lagi, semakin
lama semakin kencang aku gerakkan penisku hingga memasuki liang paling
dalam. Berbagai rancauan yang aku dan Imah keluarkan untuk
mengekspresikan kenikmatan yang kami alami sudah tidak terkendali lagi,
hampir 15 menit aku menggenjot vaginanya yang baru pertama kali
dimasuki penis hingga aku merasa seluruh syaraf kenikmatanku tegang.
Rasa nikmat yang aku rasakan saat spermaku keluar dan memasuki lubang
vaginanya membuat seluruh tubuhku menegang, aku lumat habis bibirnya
yang memerah hingga Im-im dan kedua tanganku meremas teteknya yang
mengeras. Akhirnya aku bisa merasakan tubuh Im-im yang lama ada
dianganku.
Kami berdua tergolek lemah
seolah tubuhku tak bertulang, kupeluk tubuh Imah dengan erat agar dia
tidak galau dan setelah tenagaku pulih aku berusaha memakaikan baju
padanya karena Im-im tidak mampu berdiri lagi. Saat aku hendak
mengenakan CD aku lihat sedikit bercak merah dipahanya dan aku
bersihkan dengan CD ku agar Im-im tidak tahu kalau perawannya sudah aku
renggut tanpa dia sadari.
Kami berdua melakukan hal itu
berulangkali dan Imah semakin pintar memuaskanku dan selama ini dia
tidak hamil yang membuatnya sangat PD. Tanpa disadari 2 tahun aku
menikmati tubuhnya gratis meskipun kini Imah tidak menjadi babysiters
keponakanku sebab kakakku telah pindah rumah mengikuti suaminya yang
dipindah tugaskan ke daerah lain. Sekarang Im-im menjadi penjaga
rumahku dan sekaligus pemuas nafsuku saat pacar-pacarku tidak mau aku
ajak bercinta.
Saat lebaran seperti biasa Imah
pulang kampung selama 2 minggu dan yang membuatku kaget dia membawa
seorang cewek sebaya dengan Imah dan bernama Dina yang merupakan
sepupunya. Memang lebih cantik dan lebih seksi dari Imah yang membuatku
berpikir kotor saat melihat tubuh yang dimiliki Dina yang lugu seperti
Imah 2 tahun lalu. Pada malam harinya, setelah kami melepas rasa kangen
dengan bercinta hampir 2 jam, Imah tiba-tiba menjadi serius saat dia
mengutarakan maksudnya.
"Mas, aku sudah 2 tahun
melayani Mas untuk membereskan urusah rumah dan juga memberikan
kepuasan diranjang seperti yang aku berikan saat ini," Imah terdiam
sejenak.
"Aku ingin tahu, apakah ada keinginan Mas untuk menikahiku meskipun sampai saat ini aku tidak hamil. Apa Mas mau menikahiku?"
Aku terhenyak dan diam saat
disodori pertanyaan yang tidak pernah terlintas sedikitpun selama 2
tahun ini. Lama aku terdiam dan tidak tahu mau berkata apa dan akhirnya
Imah meneruskan perkataannya.
"Imah tahu kalau Mas nggak ada
keinginan untuk menikahiku dan aku nggak menuntut untuk menjadi
suamiku, 2 tahun ini aku merasa sangat bahagia dan sebelum itu aku
telah mencintai Mas dan menjadi semakin besar saat aku tahu Mas sangat
perhatian denganku."
Imah terdiam lagi dan aku memeluknya erat penuh rasa sayang dan Imah pun membalas pelukanku.
"Tapi.., aku ingin lebih dari
ini. Aku ingin bisa menikmati cinta dan kasih sayang seorang suami dan
itu yang membuatku menerima pinangan seorang pria yang rumahnya tidak
jauh dari desaku." Aku terhenyak dan menjadi lebih bingung lagi dan
belum bisa menerima kabar yang benar-benar mengagetkanku.
Kami berdua hanya bisa diam dan
tanpa terasa meleleh air mataku dan aku baru merasa bahwa aku ternyata
benar-benar menginginkannya, namun ternyata sudah terlambat. Keesokan
harinya aku mengantar Imah ke terminal untuk kembali pulang ke desanya
dan menikah dengan seorang duda tanpa anak, menurutnya calon suaminya
akan menerimanya meskipun dia sudah tidak perawan. Dengan langkah
gontai aku kembali ke mobilku dan melalui hari-hariku tanpa Imah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar